RANGKUMAN ARTIKEL MATA KULIAH KDK

I. Faktor Dominan  Perilaku Berisiko terhadap Melahirkan Usia Anak

Masa remaja merupakan masa peralihan 
antara masa kehidupan anak-anak dan masa 
kehidupan orang dewasa yang ditandai dengan 
pertumbuhan dan perkembangan biologis dan 
psikologis. Secara biologis ditandai dengan 
tumbuh dan berkembangnya seks primer dan seks 
sekunder sedangkan secara psikologis ditandai 
dengan sikap dan perasaan, keinginan dan emosi 
yang labil atau tidak menentu (Hidayati & Farid, 
2016). Banyak remaja mengalami maturity-gap
yaitu perbedaan kematangan secara fisik dan 
mental. Perbedaan kematangan ini dapat 
mendorong remaja untuk melakukan hal-hal yang 
beresiko (Aprianti, Shaluhiyah, & Suryoputro, 
2018).
Pada penelitian Nawati (2018) Dampak 
kehamilan yang tidak diinginkan terhadap 
perawatan kehamilan di Kota Bogor 
teridentifikasi, yaitu: (1) masalah psikososial 
dampak dari kehamilan tidak diinginkan, (2) 
penolakan terhadap kehamilan dan (3) kurangnya 
perawatan kehamilan. Sedangkan dampak 
kehamilan yang tidak diinginkan terhadap 
perawatan bayi teridentifikasi yaitu butuh waktu 
untuk menerima bayi. 
Penelitian lain yang dilakukan oleh Singh, 
Rai, Alagarajan, dan Singh (2012) di India juga 
menunjukkan bahwa kurangnya pemanfaatan 
perawatan kehamilan oleh wanita yang 
mengalami kehamilan tidak diinginkan. Hasil 
penelitian Dye, et al. (1997) dalam Dini, dkk.
(2016) menyatakan bahwa ibu yang mengalami 
kehamilan tidak diinginkan berpeluang 2,12 kali 
untuk tidak memberikan ASI secara eksklusif 
kepada bayinya. Sedangkan penelitian yang 
dilakukan pada 5 negara Demographic Health 
Suervey (DHS) analisis oleh Marston & Cleland 
(2003) menemukan adanya risiko tinggi 
imunisasi tidak lengkap pada satu tahun pertama 
pada kelahiran yang tidak diinginkan.
Masalah psikososial dalam keluarga yang 
tidak siap menerima kehamilan dan bayi adalah 
faktor internal dari kehamilan tidak diinginkan. 
Hal ini sesuai dengan penelitian kualitatif dari 
Izugbara & Egesa (2014) partisipan melaporkan 
merasa takut, marah, dan putus asa saat 
mengetahui bahwa mereka telah hamil secara 
tidak sengaja: "Ketika saya tahu, saya sangat 
ketakutan, saya hampir bunuh diri, saya tidak 
tahu harus memulai dari mana". Data yang 
dikumpulkan menunjukkan bahwa wanita 
menyalahkan diri mereka sendiri atas kehamilan 
yang tidak diinginkan. Hasil penelitian kualitatif 
Widyoningsih (2011) dengan hasil penelitian 
adanya stres yang dirasakan keluarga, meliputi
stres fisik, stres finansial, stres psikologis dan
stres sosial (Nourollahpour Shiadeh, 2016).
Dalam sepuluh (10) tahun terakhir, hanya
ada penurunan kecil untuk perkawinan anak di
Indonesia yaitu 3,5 poin persen. Pada Oktober
2019, Pemerintah Indonesia (Presiden RI, 2019)
mengesahkan Undang-Undang nomor 16 tahun
2019 yang merupakan perubahan atas UU nomor
1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Di tahun 2018,
11,21% perempuan 20-24 tahun menikah
sebelum mereka berumur 18 tahun. Persentase
Perempuan Usia 20-24 tahun yang Usia
Perkawinan Pertamanya Kurang dari 18 Tahun
menurut Provinsi tahun 2018, tertinggi di
Kalimantan Tengah sebesar 19,13% dan terendah
di DKI Jakarta sebesar 4,06% sedangkan di
Provinsi Lampung Sebesar 10,70% dan
merupakan urutan ke 12 dari 22 provinsi dengan
prevalensi perkawinan anak masih ada di atas
rata-rata nasional (Badan Pusat Statistik, 2020) .
Persentase perkawinan remaja perempuan
menurut Kecamatan di Provinsi Lampung tahun
2016 tertinggi ada di Kecamatan Ulubelu sebesar
30%, diikuti Bengkunat Belimbing 29%,
Pematang Sawah 27%, Suoh 27%, Gedung
Surian 26%, Belalau 26%, Rawajitu Utara 26%,
Mesuji 25%, Muara Sungkai 25%, Bandar
Mataram 25% dan Panca Jaya 2 %. Proporsi
kehamilan usia 10-54 tahun di Provinsi Lampung
adalah 3,9 %. Di antara penduduk perempuan 10-
54 tahun tersebut, terdapat kehamilan pada umur
remaja (15-19 tahun) adalah 2% (Badan Pusat
Statistik, 2020). Berdasarkan data KB dan
Tahapan Keluarga di Kabupaten Tanggamus dari
149.242 KK yang terdaftar, sebanyak 3599
merupakan pasangan usia subur yang dibawah
usia 20 tahun. Jumlah tertinggi ada di Kecamatan
Ulu Belu sebanyak 560 PUS, Kota Agung Barat
517 PUS, Pematang Sawah sebanyak 444 PUS
dan terendah ada di Kecamatan Limau sebanyak
1 PUS dengan usia kurang 20 tahun (Badan Pusat
Statistik Kabupaten Tanggamus, 2020).
Banyak hal yang memengaruhi perilaku
seseorang, menurut teori World Health
Organization (WHO), seseorang itu berperilaku
tertentu karena adanya empat alasan pokok yaitu
pemahaman dan pertimbangan (pengetahuan,
persepsi, sikap dan kepercayaan dan penilaian-
penilaian seseorang terhadap objek (dalam hal ini
adalah objek kesehatan), orang penting sebagai
referensi (personal reference), sumber-sumber
daya (resources), kebudayaan (Notoatmodjo,
2014).
Selama ini sudah banyak penelitian dan
analisis tentang kehamilan yang tidak diinginkan,

seperti analisis determinan kehamilan yang tidak
diinginkan, pengaruh kehamilan tidak diinginkan
terhadap berat badan bayi lahir rendah dan
analisis lainnya terkait kehamilan tidak
diinginkan namun belum banyak yang meneliti
tentang perilaku beresiko remaja terhadap
melahirkan usia anak.

Pengetahuan terhadap Ibu Melahirkan Usia
Anak

Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan
antara pengetahuan, terhadap ibu melahirkan usia
anak di Kabupaten Tanggamus Tahun 2020,
dengan pengetahuan kurang baik memiliki resiko
sebesar 4,6 kali lebih besar melahirkan usia anak
jika dibandingkan dengan responden dengan
pengetahuan baik.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu
setelah orang melakukan penginderaan terhadap
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Budiman, 2013).

Menurut peneliti pengetahuan adalah salah
satu faktor yang menentukan, responden dalam
menentukan sikap di kehidupanya, ketika remaja
usia anak mengetahui dampak besar dari
kehamilan usia anak, hingga persalinan dan nifas,
maka wanita usia anak akan mencegah terjadinya
kehamilan usia anak. Selain itu pengetahuan
merupakan faktor yang mendukung perilaku ibu
dalam deteksi dini komplikasi kehamilan dan
persalinan. Sehingga semakin kurang baik
pengetahuan maka semakin tinggi kejadian
komplikasi kehamilan. Upaya deteksi yang
rendah disebabkan karena tingkat pengetahuan
yang rendah. Jika dikaitkan dengan kejadian
komplikasi persalinan. Timbulnya kasus
komplikasi persalinan ini akibat kurangnya
praktik ibu dalam pemeriksaan kehamilan dan
upaya diagnosis dini adanya komplikasi yang
akan terjadi, sehingga ibu mengalami komplikasi
yang tak terduga sebelumnya.

Pendidikan terhadap Ibu Melahirkan Usia
Anak

Hasil diperoleh bahwa ada hubungan
antara pendidikan terhadap ibu melahirkan usia
anak di Kabupaten Tanggamus Tahun 2020,
dimana responden dengan pendidikan dasar
memiliki resiko sebesar 3,588 kali lebih besar
melahirkan usia anak jika dibandingkan dengan
responden pendidikan tinggi
Pendidikan adalah suatu proses belajar
yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses
pertumbuhan, perkembangan atau berubah kearah
yang lebih dewasa, lebih baik dan matang pada
diri individu, kelompok atau masyarakat.
Pendidikan saat ini merupakan kebutuhan primer
setiap manusia. Karenanya, pendidikan tidak
boleh dianggap sepele karena pendidikan akan
meningkatkan harkat dan martabat manusia itu
sendiri. Pendidikan dalam kehidupan manusia
merupakan sebuah proses yang harus dilakukan
sepanjang hayat. Pada saat ini pendidikan bukan
hanya merupakan suatu proses pembelajaran
dalam masyarakat, tetapi sudah berkembang
menjadi pusat atau narasumber dari segala
pengetahuan (Notoadmotjo, 2014).


Hubungan-hubungan Terhadap Melahirkan usia Anak

1. Hubungan lingkungan fisik terhadap Ibu melahirkan usia  anak
2. Hubungan kepercayaan terhadap Ibu melahirkan usia 
anak
3. Hubungan peran orang tua terhadap ibu melahirkan usia anak
4. Hubungan sosial budaya terhadap ibu melahirkan usia anak


Kesimpulan

Faktor luar seperti pergaulan bebas tanpa kendali orang tua menyebabkan remaja merasa bebas untuk melakukan apa saja yang diinginkan serta perkembangan teknologi media komunikasi yang semakin canggih yang memperbesar kemungkinan remaja mengakses apa saja yang termasuk hal-hal negatif. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis, bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Oleh karena itu pengawasan orang tua sangat penting untuk mencegah terjadinya perilaku seksual Pranikah dan melahirkan di usia anak, dengan cara menjaga agar remaja tidak terjerumus pergaulan bebas dan meningkatkan program posyandu tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko yang terjadi pada kehamilan usia remaja. Meningkatkan pendidikan kesehatan tentang reproduksi yang baik, pendidikan seks yang kurang akan mengakibatkan beberapa gadis tidak tahu cara menghindarkan hamil. Tingkat pendidikan merupakan suatu faktor internal yang mempengaruhi cara pandang dan berfikir seseorang maka akan semakin banyak pengetahuan yang di dapatkan kan.


II. Pengaruh konsumsi Musa paradisca terhadap produksi ASI pada ibu menyusui

Produksi ASI sebelum pemberian Musa Paradisca

ASI adalah makanan yang terbaik bagi bayi
pada 6 bulan pertama kehidupannya. Semua
kebutuhan nutrisi yaitu protein, kabohidrat, lemak ,
vitamin, dan mineral sudah tercukupi dari ASI. ASI
awal mengandung zat kekebalan tubuh dari ibu
yang dapat melindungi bayi dari penyakit
penyebab kematian bayi diseluruh dunia seperti
diare, ISPA dan radang paru-paru. Dimasa dewasa
terbukti bahwa bayi yang diberi ASI memiliki resikolebih rendah terkena penyakit degenerative, seperti
darah tinggi, diabetes type 2, dan obesitas.
Sehingga WHO sejak 2001 merekomendasikan
agar bayi mendapat ASI eksklusif sampai umur 6
bulan (Fikawati, Syafiq, & Karima, 2019).
Keberhasilan ibu menyusui sangat ditentukan
oleh pola makan, baik di masa hamil maupun
setelah melahirkan. Agar ASI ibu terjamin kualitas
maupun kuantitasnya, makanan bergizi tinggi dan
seimbang perlu dikonsumsi setiap harinya. Artinya,
ibu harus menambah konsumsi karbohidrat, lemak,
vitamin, mineral dan air dalam jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh selama menyusui. Bila
kebutuhan ini tidak terpenuhi, selain mutu ASI dan
kesehatan ibu terganggu, juga akan
mempengaruhi jangka waktu ibu dalam
memproduksi ASI (Fikawati, Syafiq, & Karima,
2019).

Menurut peneliti, produksi ASI merupakan
tahap keberhasilan ibu memberikan nutrisi kepada
anaknya, bila ibu mengalami kekurangan gizi dan
asupan nutrisi maka dapat menyebabkan ASI tidak
lancar, sehingga ibu dikatakan tidak berhasil dalam
memberikan nutrisi yang cukup kepada bayi
tersebut, dalam penelitian ini didapat rata-rata
kelancaran ASI dari 17 responden sebesar 4,12
yang artinya ASI keseluruhan responden belum
dapat dikatakan lancar.

Produksi ASI Setelah Pemberian Musa
Paradisiaca

Jantung pisang merupakan jenis tanaman yang
mengandung laktagogum memiliki potensi dalam
menstimulasi hormon oksitosin dan prolaktin
seperti alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid dan
substansi lainnya paling efektif dalam
meningkatkan dan memperlancar produksi ASI.
Laktagogum merupakan obat yang dapat
meningkatkan atau memperlancar pengeluaran
air susu. Laktagogum sintetis tidak banyak
dikenal dan relatif mahal. Hal ini menyebabkan
perlu dicarinya obat laktagogum alternatif. Upaya
dalam peningkatan produksi ASI bisa dilakukan
dengan cara melakukan perawatan payudara sejak
dini dan rutin, memperbaiki teknik menyusui, atau
dengan mengkonsumsi makanan yang dapat mempengaruhi produksi ASI (Harismayanti,
Febriyona, & Tuna, 2019).

Menurut peneliti, Untuk memperlancar produksi
ASI sejumlah usaha bisa dilakukan yaitu dengan
mengkonsumsi sejumlah booster ASI seperti
herbal (daun katuk, daun kelor, jantung pisang dan
lainnya) Jantung pisang dipilih karena merupakan
jenis tanaman yang mengandung laktagogum
memiliki potensi dalam menstimulasi hormon
oksitosin dan prolaktin seperti alkaloid, polifenol,
steroid, flavonoid dan substansi lainnya paling
efektif dalam meningkatkan dan memperlancar
produksi ASI. Reflek prolaktin secara hormonal
untuk memproduksi ASI, sewaktu bayi menghisap
putting payudara ibu, maka akan terjadi
rangsangan neurohormonal pada putting susu dan
areola ibu. Rangsangan ini akan diteruskan ke
hipofisis melalui nervos vagus, kemudian ke lobus
anterio. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon
prolaktin dan masuk ke peredaran darah dan
sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat AS.

Pengaruh konsumsi Musa Paradisca terhadap produksi ASI ibu menyusui

Sesuai teori bahwa nutrisi merupakan makanan
yang dikonsumsi dan mengandung zat-zat gizi
tertentu untuk pertumbuhan dan menghasilkan
energy. Masa nifas memerlukan nutrisi untuk
mengganti cairan yang hilang, keringat berlebihan
selama proses persalinan, mengganti sel-sel yang
keluar pada proses melahirkan, menjaga
kesehatan ibu nifas atau memeperbaiki kondisi
fisik setelah melahirkan (pemulihan kesehatan),
membantu proses penyembuhan serta membantu
serta membantu produksi air susu ibu (ASI)
(Astutik, 2015).
Jantung pisang yang mengandung laktagogum
memiliki potensi dalam menstimulasi hormon
okstikosin dan prolaktin seperti alakaloid, polifenol,
steroid, flavonoid, dan substansi lainnya paling
efektif dalam meningkatkan dan memperlancar
produksi ASI. Reflek prolaktin secara hormonal
untuk memproduksi ASI, waktu bayi menghisap
puting payudara ibu, terjadi rangsangan
neorohormonal pada puting susu dan areola ibu.
Rangsangan ini diteruskan ke hipofisis melalui
nervus vagus, kemudian ke lobus anterior. Dari
lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin,
masuk ke peredaran darah dan sampai pada
kelenjar-kelenjar pembuat ASI, kelenjar ini terangsang untuk menghasilkan ASI (Widiyanto,
2012).
Jantung pisang yang berkhasiat terhadap
peningkatan sekresi air susu (laktogogum)
mempunyai kandung bahan aktif yang bekerja
seperti Prolactin Releasing Hormon (PRH),
mengandung bahan aktif senyawa steroid,
mengandung bahan aktif yang berkhasiat seperti
prolaktin dan mengandung bahan aktif yang
berkhasiat seperti oksitosin. Reflek prolaktin
secara hormonal untuk memproduksi ASI, waktu
bayi menghisap puting payudara ibu, terjadi
rangsangan neorohormonal pada puting susu dan
areola ibu.Rangsangan ini diteruskan ke hipofisis
melalui nervosvagus, kemudian ke lobus anterior.
Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon
prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai
pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI (Abadiyah,
2009).
Gizi Seimbang (Balanced Diet) telah
dinyatakan oleh berbagai institusi atau kelompok
ahli, tetapi pada intinya definisi Gizi Seimbang
mengandung komponen-komponen yang lebih
kurang sama, yaitu: cukup secara kuantitas, cukup
secara kualitas, mengandung berbagai zat gizi
(energi, protein, vitamin dan mineral) yang
diperlukan tub uh untuk tumbuh (pada anak-anak),
untuk menjaga kesehatan dan untuk melakukan
aktivitas dan fungsi kehidupan sehari-hari (bagi
semua kelompok umur dan fisiologis), serta
menyimpan zat gizi untuk mencukupi kebutuhan
tubuh saat konsumsi makanan tidak mengandung
zat gizi yang dibutuhkan (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2014).
Menurut peneliti, produksi ASI dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti frekuensi
memberikan ASI, makanan yang dikonsumsi
hingga pola istirahat, senyawa laktogagum pada
sayur papaya dapat meningkatkan kelancaran ASI
ibu, hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan
rata-rata sebelum dan sesudah diberikan sayur
jantung pisang, yaitu 4,12 menjadi 6,94 yang
artinya terjadi perubahan secara signifikan.
Pada penelitian ini terjadi kenaikan yang
signifikan dari produksi ASI ssebelum dan ASI
sesudah, peningkatan antara 2-4 poin pada hasil
sebelum dilakukan intervensi, menurut peneliti
kandungan senyawa laktagogum yang terdapat
pada jantung pisang memiliki potensi dalam
menstimulasi hormon oksitosin dan prolaktin
seperti alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid dan substansi lainnya paling efektif dalam meningkatkan dan memperlancar produksi ASI.


Kesimpulan

Penelitian menunjukkan hasil uji statistik yang dihasilkan terdapat pengaruh dalam konsumsi Musa Paradisca terhadap produksi ASI ibu menyusui. Jantung pisang yang berkhasiat terhadap peningkatan sekresi air susu (laktogogum)  mempunyai kandung bahan aktif yang bekerja seperti Prolactin Releasing Hormon (PRH),
mengandung bahan aktif senyawa steroid,
mengandung bahan aktif yang berkhasiat seperti
prolaktin dan mengandung bahan aktif yang
berkhasiat seperti oksitosin. Reflek prolaktin
secara hormonal untuk memproduksi ASI, waktu
bayi menghisap puting payudara ibu, terjadi
rangsangan neorohormonal pada puting susu dan
areola ibu. Jantung pisang merupakan jenis tanaman yang
mengandung laktagogum memiliki potensi dalam
menstimulasi hormon oksitosin dan prolaktin
seperti alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid dan
substansi lainnya paling efektif dalam
meningkatkan dan memperlancar produksi ASI.
Laktagogum merupakan obat yang dapat
meningkatkan atau memperlancar pengeluaran
air susu. Laktagogum sintetis tidak banyak
dikenal dan relatif mahal.



III. Faktor-faktor yang berhubungan dengan lama perawatan pasien pasca operasi diruang rawat inap bedah Rumah Sakit


Hubungan Infeksi Luka Operasi dengan 
Lama Perawatan Pasien Pasca Operasi

Menurut teori Razi & Fakhrul, 2011 
dalam Wartawan (2012) faktor-faktor yang 
mempengaruhi terjadinya infeksi luka 
operasi dan komplikasi pada umumnya, 
yaitu: waktu/lama operasi. Semakin lama 
waktu yang dibutuhkan untuk operasi 
maka akan mempengaruhi terhadap 
penyembuhan luka operasi dan juga akanmeningkatkan terjadinya infeksi luka
operasi, sehingga lama hari rawat akan
lebih panjang. Tehnik operasi yang
menyebabkan kerusakan jaringan lebih
luas akan mempunyai resiko terjadinya
infeksi luka operasi yang lebih besar.
Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Wartawan (2012) yaitu ditemukan
adanya 38 pasien yang bermasalah akibat
komplikasi yang terjadi pasca operasi,
dimana 27 orang pasien diantaranya
mengalami penundaan pulang dari rumah
sakit hingga sampai lebih dari 9 hari. Jika
hal ini dibandingkan dengan pasien yang
tidak mengalami komplikasi dan dianalisa
dengan Chi Square didapatkanlah bahwa
terjadi hubungan yang bermakna lamanya
pasien dirawat di rumah sakit dengan
adanya kejadian komplikasi pasca tindakan
operasi .
Hal ini juga tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Septiani
Esti Wigati, Syaifudin dengan judul
Hubungan lama perawatan dengan risiko
infeksi nosokomial pada pasien di ruang
rawat inap RSUD Wonosari Gunung
Kidul. Hasil penelitian ini menunjukkan
sebagian besar lama perawatan pasien
dalam kategori lama sebanyak 29 orang
(55,8%) dan sebagian besar risiko infeksi
nosokomial yang terjadi dalam kategori
sedang sebanyak 43 orang (82,7%).
Menurut peneliti dari hasil penelitian
yang di lakukan di ruang rawat inap bedah
kejadian tidak ada infeksi luka terjadi
karena tindakan aseptik dan perawatan
yang baik dan benar saat, sehingga
kejadian infeksi luka operasi lebih sedikit
responden yang dibandingkan dengan
responden yang mengalami infeksi luka
operasi. Infeksi nosokomial dapat juga
terjadi responden yang dirawat pasca
operasi seperti keluarga pasien yang
sebagian besar belum tau tentang infeksi
nosokomial yang dapat mempengaruhi
luka dan lama rawat pasien. Untuk itu
diharapkan bagi perawat dalam tindakan
terhadap pasien yang memiliki luka pasca
operasi agar dapat melakukannya dalam
prosedur yang baik dan benar selama
tindakan sehingga luka pasien pasca operasi dapat sembuh sesuai dengan lama waktu perawatan yang tepat.

Hubungan Jenis Operasi dengan Lama
Perawatan Pasien Pasca Operasi

Operasi minor adalah operasi yang paling sering  
dilakukan dirawat jalan, dan dapat pulang
hari yang sama. Operasi ini jarang
menimbulkan komplikasi. Operasi mayor
adalah operasi yang penetrates dan exposes
semua rongga badan, termasuk tengkorak,
termasuk pembedahan tulang, atau
kerusakan signifikan dari anatomis atau
fungsi faal. Operasi mayor adalah
pembedahan kepala, leher, dada, dan perut
(Kuraesin, 2009).
Pemulihan dapat waktu panjang dan
dapat melibatkan perawatan intensif dalam
beberapa hari di rumah sakit. Pembedahan
ini memiliki resiko komplikasi lebih tinggi
setelah pembedahan. Operasi mayor sering
melibatkan salah satu badan utama di
perut-cavities (laparotomy), di dada
(thoracotomy), atau tengkorak
(craniotomy) dan dapat juga pada organ
vital. Operasi yang biasanya dilakukan
dengan menggunakan anestesi umum di
rumah sakit ruang operasi oleh tim dokter.
Setidaknya pasien menjalani perawatan
satu malam di rumah sakit setelah operasi.
Ada berbagai definisi dari operasi mayor,
dan apa yang merupakan perbedaan antara
operasi mayor dan minor. Sebagai aturan
umum, yang utama adalah operasi besar
dimana pasien harus diletakkan di bawah
anestesi umum dan diberikan bantuan
pernafasan karena dia tidak dapat bernafas
secara mandiri. Operasi besar biasanya
membawa beberapa derajat resiko bagi
pasien hidup, atau potensi cacat parah jika
terjadi suatu kesalahan selama operasi.
Hal ini di jelaskan dan dapat
dikaitkan dengan hasil penelitian
Wartawan (2012) selama tahun 2011
didapatkan sebanyak 335 orang pasien
dirawat di bangsal bedah pasca tindakan
operasi emergensi. Dari kelompok pasien
tersebut 188 orang diantaranya pulang
dalam waktu yang sesuai standar Depkes,
yakni kurang dari 10 hari. Pada kelompok
lain didapatkan sebanyak 1251 (78,9%)
pasien yang dirawat di bangsal tersebut
menjalani operasi secara berencana. Dari
analisa bivariat ternyata didapatkan
hubungan bermakna antara sifat operasi
dengan lamanya pasien dirawat di rumah
sakit. Ini terbukti dari nilai sebesar 8,03
dan nilai P value sama dengan 0,005 atau
kurang dari 0,05.
Menurut peneliti dari hasil penelitian
yang di lakukan di ruang rawat inap bedah
jenis operasi ada hubungan jenis operasi
dengan lama perawatan pasca operasi
karena resiko, keseriusan penyakit, bagian
tubuh yang terkena, kerumitan operasi dan
waktu pemulihan di ruang rawat inap
dengan jenis operasi mayor lebih lama
dirawat dibandingkan jenis operasi minor
yang operasinya jarang menimbulkan
komplikasi pasca operasi. Untuk itu
diharapkan bagi tenaga kesehatan yang
menangani dalam proses pembedahan atau
operasi agar melaksanakan tugas sesuai
dengan SOP, karena proses pembedahan
dengan jenis operasi yang berbeda dapat
mempengaruhi lama perawatan sehingga
responden dapat dirawat sesuai dengan
waktu yang tepat.

Hubungan Jenis Penyakit dengan Lama
Perawatan Pasien Pasca Operasi

Menurut peneliti dari hasil penelitian
yang di lakukan di ruang rawat inap bedah.
Dari responden dengan kasus yang
penyakit akut dan penyakit kronis akan
memerlukan lama hari rawat yang berbeda,
dimana kasus yang kronis akan
memerlukan lama hari rawat lebih lama
dari pada kasus-kasus yang bersifat akut.
Responden yang di rawat sebagian besar
menggunakan jaminan kesehatan yang
sudah di tentukan lama rawatnya pada
setiap penyakit tertentu, sehingga hal
tersebut dapat mempengaruhi lama rawat
pasien. Untuk itu diharapkan agar petugas
kesehatan dalam yang melakukan
penanganan responden pasca operasi
memprioritaskan diagnosa medis dan
diagnosa perawat dengan proses
pengkajian yang baik sehingga dapat
menjadi landasan supaya dalam
penanganan tindakan responden pasca
operasi di ruang rawat inap dengan baik.

Kesimpulan

Penelitian menyimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara jenis operasi
dengan lama perawatan pasien pasca
operasi di ruang rawat inap bedah Rumah
Sakit dengan p value=0,024 dan terdapat
hubungan antara diagnosa penyakit
penyerta dengan lama perawatan pasien
pasca operasi di ruang rawat inap bedah
Rumah Sakit dengan p value=0,049.
Hasil penelitian juga menyimpulkan
tidak ada hubungan antara infeksi luka
operasi dengan lama perawatan pasien
pasca operasi di ruang rawat inap bedah
Rumah Sakit dengan p value=0,114, tidak
ada hubungan antara jenis penyakit
dengan lama perawatan pasien pasca
operasi di ruang rawat inap bedah Rumah
Sakit dengan P value=0,301 dan tidak ada
hubungan antara umur penderita dengan
lama perawatan pasien pasca operasi di
ruang rawat inap bedah Rumah Sakit
dengan P value=0,636.
Selanjutnya penulis menyarankan
agar tenaga kesehatan yang menangani
proses pembedahan agar melaksanakan
tugas sesuai dengan SOP dan
melaksanakan asuhan keperawatan
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien.



IV. Relaksasi Progresif terhadap intensitas Nyeri Post Operasi BPH (Benigna Prostat Hyperplasta)

Relaksasi Progresif terhadap Intensitas Nyeri Post Operasi BPH (Benigna Prostat) Hyperplasia. Nyeri merupakan salah satu keluhan tersering pada pasien setelah mengalami suatu
tindakan pembedahan. Pembedahan merupakan suatu peristiwa yang bersifat bifasik terhadap
tubuh manusia yang berimplikasi pada pengelolaan nyeri. Pada pasca pembedahan pasien
merasakan nyeri hebat dan 75% penderita mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan
akibat pengelolaan nyeri yang tidak adekuat. Berdasarkan pre survey total populasi post operasi
BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dari
bulan Juli-Desember 2016 adalah sebanyak 51 pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh terapi relaksasi progresif terhadap intensitas nyeri post op BPH (Benigna Prostat
Hyperplasia). Rancangan penelitian Quasi Eksperimen dengan desain penelitian One Group Pre-
Post Test dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Accidental Sampling. Jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 20 responden. Pengumpulan data
menggunakan lembar observasi, analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan
uji Wilcoxon. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti  diketahuiskala intensitas nyeri sebelum
terapi relaksasi progresif didapatkan hasil mean 5.20 Dengan standar deviasi 0.834. Sedangkan
skala intensitas nyeri sesudah terapi relaksasi progresif didapatkan hasil mean 3.60 dengan standar
devisiasi 0.681 hasil uji statistik didapatkan nilai nilai ρ-value 0.000 (ρ-value 0.000 < α 0.05),
maka dapat disimpulkan ada pengaruh rata-rata intensitas nyeri yang bermakna pada pasien post
op BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) yang sudah dilakukan tindakan teknik relaksasi progresif.
Peneliti berharap agar kedepannya banyak dilakukan penelitian terapi relaksasi progresif dengan
metode operasional yang lebih bervariasi. BHP
(Benigna Prostat Hyperplasia) 
merupakan suatu penyakit dimana terjadi 
pembesaran dari kelenjar prostat akibat 
hyperplasia jinak dari sel-sel yang biasa terjadi 
pada laki-laki berusia lanjut. kelainan ini 
ditentukan pada usia 40 tahun dan frekuensinya.
makin bertambah sesuai dengan penambahan
usia, sehingga pada usia di atas 80 tahun kira-kira
80% dari laki-laki yang menderita kelaininan ini.
Menurut beberapa referensi di Indonesia, sekitar
90% laki-laki yang berusia 40 tahun ke atas
mengalami gangguan berupa pembesaran

Kesimpulan

BHP (Benigna Prostat Hyperplasia) 
merupakan suatu penyakit dimana terjadi 
pembesaran dari kelenjar prostat akibat 
hyperplasia jinak dari sel-sel yang biasa terjadi 
pada laki-laki berusia lanjut. kelainan ini
ditentukan pada usia 40 tahun dan frekuensinya makin bertambah sesuai dengan penambahan 
usia, sehingga pada usia di atas 80 tahun kira-kira 
80% dari laki-laki yang menderita kelaininan ini. 
Menurut beberapa referensi di Indonesia, sekitar 
90% laki-laki yang berusia 40 tahun ke atas 
mengalami gangguan berupa pembesaran payudara



V. Penerapan Model Pencegahan Resiko Tinggi kanker payudara melalui aplikasi ricandra di Desa Pasang cermin Kebupaten Pesawaran

Hasil pre survey yang dilakukan oleh Aprina dan Titi astuti kepada pasien kanker payudara di wilayah kerja puskesmas padang cermin.penderita mengatakan bahwa ia tidak mengetahui kanker payudara dan keluarga tidak tau apa faktor penyebabnya,Setekah dilakukan sosialisasi penerapan aplikasi ini,Tujuan Kegiatan ini untuk memberikan pengetahuan keluarga atau pasien serta dapat mendeteksi secara dini resiko yang dialami oleh wanita usia subur. kegiatan ini memberikan hasil yang baik dimana Masyarakat seluruhnya setuju dengan manfaat penggunaan aplikasi Ricandra dan Seluruh peserta kegiatan sosialisasi ini setuju untuk menggunakan aplikasi ini dan akan mengenalkannya kepada petugas Kesehatan dan masyarakat lainnya.

Kesimpulan

penderita mengatakan bahwa ia tidak mengetahui kanker payudara dan keluarga tidak tau apa faktor penyebabnya,Setekah dilakukan sosialisasi penerapan aplikasi ini kegiatan ini memberikan hasil yang baik dimana Masyarakat seluruhnya setuju dengan manfaat penggunaan aplikasi Ricandra dan Seluruh peserta kegiatan sosialisasi ini setuju untuk menggunakan aplikasi ini dan akan mengenalkannya kepada petugas Kesehatan dan masyarakat lainnya.



VI. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persalinan sectio Caesarea di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persalinan Sectio Caesarea di RSUD dr.H.Abdul MoeloekProvinsi Lampung. Menurut WHO peningkatan persalinan dengan sectio 
caesarea di seluruh negara selama tahun 2007-2008 yaitu 110.000 per kelahiran di seluruh Asia. Tingkat persalinan sectio caesarea di Indonesia 15,3% sampel dari 20.591 ibu yang melahirkan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yang di survey dari 33 provinsi. Gambaran adanya faktor 
resiko ibu saat melahirkan atau di operasi caesarea adalah 13,4% karena ketuban pecah dini, 5,49% karena Preeklamsia, 5,14% karena perdarahan, 4,40% kelainan letak janin, 4,25% karena jalan lahir tertutup, 2,3% karena rahim sobek (RISKESDAS, 2012). Tujuan penelitian mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan sectio caesarea di RSUD Dr. H Abdul 
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015. Jenis penelitian kuantitatif pendekatan Cross Sectional.
Populasi penelitian seluruh ibu bersalin di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun
2014 yang berjumlah 1.533 orang. Pengambilan sampel dengan tehnik Systematic Random Sampling sehingga didapat sampel 319 responden. Analisis bivariat menggunakan uji chi square. Hasil ada hubungan PEB dengan section caesarea di RSUD Dr.H abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015 dengan p-value= 0,000 Odds Ratio (OR)= 2,947. Ada hubungan plasenta 
pravia dengan sectio caesarea (p-value= 0,000, OR= 3,30). Ada hubungan partus tak maju dengan
sectio caesarea (p-value = 0,000, OR= 24, 533). Ada hubungan antara kelainan letak dengan sectio caesarea (p-value = 0,000, OR= 3,996). Perlu lebih ditingkatkannya pemberian dukungan Terhadap pentingnya pengetahuan ibu hamil maupun bersalin tentang tanda bahaya kehamilan dan 
persalinan guna mencegah terjadinya sectio caesarea saat persalinan terutama informasi tentang
faktor-faktor yang dapat, mempengaruhi terjadinya sectio caesarea termasuk PEB, Plasenta
previa, kelainan letak janin, serta partus tak maju.

Kesimpulan

Sebagian besar responden dengan tidak
sectio caesarea, yaitu sebanyak 211 orang
(766,1%).
1. Ada hubungan PEB dengan sectio caesarea
di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2015 dengan p-value< α
(0,000< 0,05), Odds Ratio (OR)= 2,947.
2. Ada hubungan plasenta previa dengan sectio
caesarea di RSUD Dr. H Abdul Moeloek
Provinsi Lampung Tahun 2015 dengan p-
value= 0,000, Odds Ratio (OR)= 3,30.
3. Ada hubungan partus tak maju dengan sectio
caesarea di RSUD Dr. H Abdul Moeloek
Provinsi Lampung Tahun 2015 dengan p-
value= 0,000, Odds Ratio (OR)= 24,533.
4. Ada hubungan partus tak maju dengan sectio
caesarea di RSUD Dr. H Abdul Moeloek
Provinsi Lampung Tahun 2015 dengan p-
value= 0,000, Odds Ratio (OR)= 24,533.
5. Ada hubungan kelainan letak janin dengan
sectio caesarea di RSUD Dr. H Abdul
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015
dengan p-value= 0,000, Odds Ratio (OR)=
3,996



VII. Latihan Slow Feel breathing dan Aromaterapi lavender terhadap klien post Seksio Sesaria

Perbedaan Latihan Slow Deep Breathing dengan Aromaterapi Lavender terhadap  Intensitas Nyeri pada Pasien Post Seksio Sesaria. World Health Organization (WHO)  menetapkan standar rata-rata persalinan operasi seksio sesaria di sebuah negara sekitar 5-15 persen  
per 1000 kelahiran di dunia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2013) tingkat persalinan seksio sesaria di Indonesia sudah melewati batas maksimal standar WHO 5-15%. Tingkat persalinan seksio sesaria di Indonesia 15,3% sampel dari 20.591 ibu yang melahirkan dalam kurun waktu 5  
tahun terakhir yang di survey dari 33 provinsi. Persalinan secara seksio sesaria ini dapat memungkinkan terjadinya komplikasi lebih tinggi dari pada melahirkan secara normal. Komplikasi yang biasa timbul adalah nyeri. Salah satu intervensi penanganan nyeri yang efek sampingnya  
minimal adalah penatalaksanaan non farmakologi, seperti latihan slow deep breathing dan aromaterapi lavender. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan intensitas nyeri pada pasien post operasi seksio sesaria yang dilakukan latihan slow deep breathing dengan aromaterapi  
lavender. Jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain quasi exsperiment dengan pendekatan desain Non-Equivalent Control Group. Tehnik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 60 responden, 30 responden kelompok slow deep breathing 
dan 30 responden kelompok aromaterapi lavender. Waktu penelitian mulai tanggal 18 Mei 2018 sampai 30 Juni 2018 di Ruang Delima RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Uji  statistik menggunakan t independen mann widney. Hasil penelitian ada perbedaan latihan slow  
deep breathing dengan aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada pasien pasien post seksio sesaria di Ruang Delima RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2018 (p- value=0.000). Peneliti menyarankan agar pasien dapat menggunakan aromaterapi lavender untuk  menurunkan tingkat nyeri post operasi seksio sesaria.

Kesimpulan

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2013) tingkat persalinan seksio sesaria di Indonesia sudah melewati batas maksimal standar WHO 5-15%. Tingkat persalinan seksio sesaria di Indonesia 15,3% sampel dari 20.591 ibu yang melahirkan dalam kurun waktu 5  
tahun terakhir yang di survey dari 33 provinsi. Persalinan secara seksio sesaria ini dapat memungkinkan terjadinya komplikasi lebih tinggi dari pada melahirkan secara normal. Komplikasi yang biasa timbul adalah nyeri. Salah satu intervensi penanganan nyeri yang efek sampingnya  
minimal adalah penatalaksanaan non farmakologi, seperti latihan slow deep breathing dan aromaterapi lavender. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan intensitas nyeri pada pasien post operasi seksio sesaria yang dilakukan latihan slow deep breathing dengan aromaterapi  
lavender.


 
DAFTAR PUSTAKA


I. Aprina Aprina, Titi Astuti.  (2020). Jurnal Kesehatan, Vol (11), 429-441, "Faktor dominan  perilaku berisiko terhadap melahirkan usia anak Tahun 2020", https ://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/2364, Jurnal Kesehatan, Diakses pada tanggal 11 Desember 2021, Pukul 17.55 WIB.

II. Aprina, Aprina, Adittio Rinaldi. (2020). Jurnal Holistik J. Kesehatan, Vol (14) , 1-7, "Pengaruh konsumsi Musa Paradisca terhadap produksi ASI pada ibu menyusui Tahun 2020", https://core.ac.uk/download/pdf/322563485.pdf , Di akses tanggal 11 Desember 2021, Pukul 18.45 WIB.

III. El Rahmayati, Zaid Al Asbana, Aprina, Aprina (2018). Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Vol (13), 195-202,
"Faktor-faktor yang berhubungan dengan lama perawatan pasien pasca operasi diruang rawat inap bedah Rumah Sakit Tahun 2018", https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/929. Di akses tanggal 11 Desember 2021, Pukul 19.14 WIB.

IV.Aprina Aprina, Noven Ilham Yowanda, Sunarsih Sunarsih. (2017).Jurnal Kesehatan, Vol (8), 289-295, "Relaksasi Progresif terhadap intensitas Nyeri Post Operasi BPH (Benigna Prostat Hyperplasta) Tahun 2017", https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/505, Di akses pada tanggal 11 Desember 2021, Pukul 20.20 WIB.

V. Aprina Aprina, Tuti Astuti. (2021). Jurnal Kreativitas Pengabdian kepada Masyarakat (PKM), Vol (4), 705-715, "Penerapan model pencegahan resiko tinggi kanker payudara melalui aplikasi ricandra di Desa Padang Cermin Kebupaten Pesawaran, Tahun 2021",: http//ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kreativitas/article/view/3969, Diakses pada tanggal 11 Desember 2021, Pukul 20.40 WIB.

VI.Aprina Aprina, Anita Puri. (2016).Jurnal Kesehatan, Vol (7), 90-96"Faktor-faktor yang berhubungan dengan Persalinan sectio Caesarea di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung, Tahun 2016", http://www.ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/124, Di akses pada tanggal 11 Desember 2021, Pukul 20.50 WIB.

VII. Aprina Aprina, Rovida Hartika, Sunarsih Sunarsih. (2018). Jurnal Kesehatan, Vol (9), 272-279, "Latihan Slow Feel breathing dan Aromaterapi lavender terhadap Intensitas Nyeri pada klien Post Seksio Sesaria  Tahun 2018", http://www.ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/982, Di akses pada tanggal 11 Desember 2021, Pukul 20.56 WIB.

Komentar